Bismillahirrohmaanirrohiim

Ilusi Negara Islam : Sebuah Buku Yang Wajib Anda Baca


Ilusi Negara Islam Indonesia -

Download

Pertama kali saya mendapat informasi buku tersebut dari blog Qitori, dan informasi lanjutannya di kompas. Buku tersebut rupanya sudah ramai dibicarakan beberapa hari yang lalu, dan ternyata isi buku tersebut telah menjadi ajang analisis investigasi yang mendalam dari kalangan NU dan Muhammadiyah sekitar 4 tahun silam.

Gerakan garis keras transnasional dan kaki tangannya di Indonesia sebenarnya telah lama melakukan infiltrasi ke Muhammadiyah. Dalam Muktamar Muhammadiyah pada bulan Juli 2005 di Malang, para agen kelompok-kelompok garis keras, termasuk kader-kader PKS dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), mendominasi banyak forum dan berhasil memilih beberapa simpatisan gerakan garis keras menjadi ketua PP. Muhammadiyah. Namun demikian, baru setelah Pro. Dr. Abdul Munir Mulkhan mudik ke desa Sendang Ayu, Lampung, masalah infiltrasi ini menjadi kontroversi besar dan terbuka sampai tingkat internasional.
-Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia – halaman 23

Adanya kecurigaan dan bukti-bukti lapangan terjadinya infiltrasi kelompok garis keras menyebabkan terjadinya kegaduhan antar tubuh ormas-ormas Islam besar di Indonesia. Atas dasar dasar berdirinya dengan NKRI didahului perjuangan para pahlawan mutli etnik dan tokoh bangsa multi keyakinan sejak masa penjajahan, perjuangan pemuda dalam berbagai organisasi nasionalis dan religius yang ditandai Boedi Utomo dan dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda, maka negara kebangsaan (nation state) telah menjadi kesepakatan dominan para founding father bangsa.

Para ulama seperti Abikusno Tjokrosujoso, KH A Kahar Muzakkir, H. Agus Salim, KH. A Wahid Hasjim, KH Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusomo dan tokoh-tokoh pendiri Bangsa lainnya sadar bahwa negara yang akan mereka perjuangkan dan pertahankan bukanlah negara yang didasarkan pada dan untuk agama tertentu, melainkan negara bangsa yang mengakui dan melindungi segenap agama, beragam budaya dan tradisi yang telah menjadi bagian integral kehidupan bangsa Indonesia.Para Pendiri Bangsa Indonesia sadar bahwa di dalam Pancasila tidak ada prinsip yang bertentangan dengan ajaran Agama.
Sebaliknya, prinsip-prinsip dalam Pancasila justru merefleksikan pesan-pesan utama semua agama, yang dalam ajaran Islam dikenal sebagai maqashid al-syari’ah.
-Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia -halaman 17

Dalam buku tersebut secara implisit menolak infiltrasi para aktivisi garis keras yang selama ini selalu mengklaim bahwa mereka sepenuhnya memahmi maksud Al-Qur’an dan karena itu mereka berhak menjadi wakil Allah (khalifat Allah) dan menguasai dunia ini dan kemudian memaksa siapa pun mengikuti pemahamam “sempurna” mereka. Secara sistematis, para aktivis ini sedang berjuang mengubah Islam dari Agama menjadi Ideologi. Pada akhirnya, Islam menjadi dalih dan senjata politik untuk mendiskreditkan dan menyerang siapapun yang berbeda pandangan politik dan pemaham keagamaannya.

Dan lebih lanjut, buku tersebut mengatakan bahwa dengan menggunakan Jargon memperjuangkan Islam, mereka sebenarnya sedang memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Hal ini terlebih doktrin yang meresap dalam pemahaman mereka bahwa siapa pun yang melawan tindakan mereka dituduh melawan Islam. Siapapun yang berbeda pandangan dengan mereka diangap kafir dan murtad.Gerakan aktivis yang menyusuf ke mesjid-mesjid masyarakat NU dan Muhammadiyah secara sistematis mengambil alih kekuatan para ulama setempat dan menanamkan doktrin untuk masyarakat untuk menolak budaya dan tradisi budaya bangsa Indonesia untuk digantikan budaya dan tradisi asing dari Arab Saudi – Timur Tengah. Para aktivitis ini adalah kelompok Wahabi ataupun Ikhwanul Muslimin. Dan organisasi yang berkembang dari dua paham ini adalah HTI dan PKS yang cikal bakal muncul dari Gerakan Tarbiyah.

Gerakan sistematis yang menyusup ke ormas Muhammadiyah untuk memperbesar kekuatan politik (partai politik) dengan dalil Agama membuat PP Muhammadiyah mengantisipasi dengan mengeluarkan SK Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 149/Kep/I.0/B/2006.

SK tersebut bertujuan untuk “menyelamatkan Muhammadiyah dari berbagai tindakan merugikan Persyarikatan” dan membebaskannya “dari pengaruh, misi, infiltrasi, dan kepentinan partai politik yang selama ini mengusung dakwah atau partai politik bersayap dakwah”, karena telah memperalat ormas iut [Muhammadiyah] untuk tujuan politik mereka yang bertentangan dengan visi-misi luhur Muhammadiyah sebagai organisasi Islam moderat.
-Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia -halaman 26

Pernyataan diatas dipertegas dari SK PP Muhammadiyah No 149/Kep/I.0/B/2006 yang dilampirkan dalam buku tersebut (halaman 239-250).

“Segenap anggota Muhammadiyah perlu menyadari, memahami, dan bersikap kritis bahwa seluruh partai politik di negeri ini, termasuk partai politik yang mengklaim diri atau mengembangkan sayap/kegiatan dakwah seperti Partai Keadilan Sejahteran (PKS) adalah benar-benar partai politik. Setiap partai politik berorientasi kekuasan politik. Karena itu, dalam menghadapi partai politik manapun kita harus tetap berpijak pada Khittah Muhammadiyah dan harus membebaskan diri dari, serta tidak menghimpitkan diri dengan misi, kepentingan, kegiatan, dan tujuan partai politik tersebut”
SKPP Muhammadiyah No 149/Kep/I.0/B/2006 : Keputusan Poin 3

************

Itu ulasan singkat buku ilusi negara Islam yang merupakan hasil penelitian selama lebih dari dua tahun, mengungkap asal usul, ideologi, dana, agenda dan gerakan transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Mereka yang ikut dalam penyusunan buku “Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia” adalah KH Abdurrahman Wahid, Prof Dr. Ahmad Syafii Maarif (eks. ketua Muhammadyah), KH. A. Mustofa Bisri, M. Guntur Romli, Romo Franz Magnis Suseno dan segenap tim Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, the Wahid Institute, Maarif Institute dan LibForAll. Buku ini memiliki 321 halaman dan diterbitkan oleh PT Desantara Utama Media dan akan diperbanyak di 4 negara di dunia yakni Turki, Arab Saudi, Inggris, dan Amerika Serikat.

Ilusi Negara Islam ingin menyampaikan citra Islam sebagai “Rahmatan Lil-Alamin” yang artinya adalah siapa pun di seluruh dunia yang berhati baik, berkemauan baik, dan punya perhatian kuat pada usaha-usaha mewujudkan kedamaian, kebebasan dan toleransi secara kultur adalah keluarga Islam yang bersaudara.

Akankah buku investigasi selama dua tahun oleh the Wahid Institute, Maarif Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan LibForAll akan menjadi buku kontroversi di tahun 2009 ini? Debat pemikiran sudah pasti sudah terjadi dalam ring-ring utama kedua kubu. Dan hendaknya buku ini tidak berhenti pada kontroversi, namun pada hal substansi, siapa yang benar dan siapa pula provokasi? Meskipun timbul kontroversi, saya harap kesatuan, persatuan, dan kesolidan bangsa ini tetap utuh. Semoga Indonesia tetap Bersatu.

Salam Perubahan, Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke-101

Buku yang berjudul Ilusi Negara Islam yang menceritakan tentang ekspansi gerakan Islam transnasional di Indonesia, akan diperbanyak di empat negara di dunia yakni Turki, Arab Saudi, Inggris, dan Amerika Serikat.

"Saya menilai buku ini sangat bagus karena menceritakan Islam yang sebenarnya," kata C Holland Taylor, pendiri-bersama LibForAll Fundation, saat menghadiri peluncuran buka hasil editorial mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama sejumlah pimpinan Nahdatul Ulama (NU) mantan pimpinan Muhammadyah, di Jakarta, Sabtu (16/5) malam.

Buku ilusi negara Islam yang merupakan hasil penelitian selama lebih dari dua tahun, mengungkap asal usul, ideologi, dana, agenda dan gerakan transnasional dan kaki tangannya di Indonesia.

Menurut Holland Taylor, buku Ilusi Islam Transnasional itu, adalah suatu ediologi Islam yang membahas tentang kehidupan Islam melalui perjuangan jihad yang diartikan bahwa Islam dengan jihad bukan merupakan kekerasan tetapi Jihad itu adalah usaha yang dilaksanakan oleh kaum muslim dengan cara yang benar tanpa melalui kekerasan.

Buku setebal 321 halaman diterbitkan PT Desantara Utama Media yang bekerja sama dengan LibForAll Fundation, sebuah lembaga non-pemerintah yang memperjuangkan terwujudnya kedamaian, kebebasan, dan toleransi di seluruh dunia yang diilhami oleh warisan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.

Holland Taylor mengatakan, masyarakat dunia, masih banyak yang menganggap bahwa Islam itu penuh dengan kekerasan, padahal setelah dirinya mempelajari lebih dalam tentang ajaran Islam ternyata anggapan oleh sebagian orang Islam radikal maupun non Islam tidaklah begitu.

Ia mengatakan buku yang diterbitkan dengan melibatkan sejumlah ulama terkemuka di Indonesia seperti, KH Ahmad Safii Maarif (mantan ketua Muhammadyah), KH Mustofa Bisri dan Azyumarrdi Azra dan Romo Franz Magnis Suseno sebagai salah satu penasihat LibForAll.

Buku tersebut menceritakan bahwa Islam sebagai "Rahmatan Lil-Alamin" itu maksudnya adalah siapa pun di seluruh dunia yang berhati baik, berkemauan baik, dan punya perhatian kuat pada usaha-usaha mewujudkan kedamaian, kebebasan dan toleransi secara kultur adalah keluarga Islam yang bersaudara.

Holland yang merupakan orang Amerika Serikat yang cukup mendalam mempelajari Islam di Tanah Air itu mengganggap bahwa dengan hadirnya buku ini, akan membuka pikiran pemabacanya yang bukan hanya umat Muslim yang beraliran keras tetapi juga bagi umat non Muslim yang mau tahu tentang kehidupan Islam yang sebenarnya.

"Islam di Indonesia, kami telah membentuk sebuah jejaring para pembuat pendapat dalam bidang agama, pendidikan, budaya populer, pemerintah, bisnis, dan media yang bekerja untuk mempertahankan budaya mereka yang mendorong toleransi antar umat beragama dalam menghadapi gelombang baru ekstremisme yang melanda seluruh dunia Muslim," katanya.

Disamping itu, dengan kerjasama usaha LibForAll di Indonesia untuk mengekspor wajah Islam yang penuh senyum, dengan menghubungkan para pemimpin Muslim "moderat" "dalam sebuah jejaring mercu suar di dalam dunia Muslim yang akan mendorong terciptanya toleransi dan kebebasan berpikir dan beribadah.

Sebagai gambaran LibForAll Foundation, sebuah lembaga nirlaba bermarkas di Indonesia dan AS yang bekerja untuk melawan ekstremisme keagamaan dan menolak penggunaan terorisme.

Peluncuran buku tentang Ilusi Negara Islam itu, juga dihadiri mantan Wakil Presiden RI Try Sutrisno, Cawapres dari Partai Golkar Wiranto dan mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tanjung.

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyesalkan terbitnya buku 'Ilusi Negara Islam', Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia. Buku itu dikritik tidak menghargai demokrasi.

"Kita sudah membaca buku itu, buku itu penuh dengan tuduhan tidak berdasar. Dan buku itu justru tidak toleran, kalau kami disebut kelompok fundamentalis, kenapa kebebasan hanya milik mereka," kata juru bicara HTI Ismail Yusanto saat dihubungi melalui telepon, Jumat (22/5/2009).

Dalam buku itu, HTI dimasukkan dalam gerakan Islam transnasional yang tergolong garis keras. Selain HTI, buku itu juga memasukkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam gerakan tersebut.

Menurut Ismail, penggunaan kata transnasional dianggap terlalu menyudutkan pihaknya. Padahal sekarang ini banyak hal-hal yang berasal dari luar.

"Mulai dari makanan sampai ideologi sosialisme, liberalisme, kapitalisme, dan lainnya. Itu juga berasal dari luar," tambahnya.

Dia juga menyayangkan kata infiltrasi dalam buku itu yang dituturkan dilakukan HTI ke dalam tubuh Muhammadiyah.

"Infiltarsi, mengadung arti buruk, itu juga tidak beralasan. Saya diminta jadi anggota MUI pusat, rekan yang lain ada yang jadi dosen di tempat pendidikan Muhammadiyah, itu profesional, tidak ada infiltrasi," jelasnya.

Untuk itu, pihaknya akan meminta penjelasan kepada pihak Wahid Institute dan Maarif Institute. "Kami akan datang baik-baik, menanyakan soal penulisan. Kita hanya meminta penjelasan," tutupnya.

Buku Ilusi Negara Islam diterbitkan oleh Wahid Institute dan Maarif Institute. Buku yang diluncurkan 16 Mei 2009 ini mengupas soal masuknya gerakan Islam baru antara lain PKS dan HTI.


.

PALING DIMINATI

Back To Top