Bismillahirrohmaanirrohiim

BISNIS Orang Thoriqoh / Salikin

*Bisnis bisa sebagai bukti dari pengamalan Laa Ilaha Illalloh.* 
Yaitu bagi siapa yang mengamalkan Laa Ilaha Illalloh dengan benar,
pasti akan muncul dorongan dalam hatinya untuk berjuang dijalan Alloh (Jihad fi sabilillah).
Dan untuk Jihad fi sabilillah tentulah juga membutuhkan fasilitas atau alat-alat
atau pendukung dan semua itu pastilah membutuhkan dana atau uang.
Nah, dari sinilah akhirnya diperlukan juga bisnis dengan tujuan sebagai alat
atau pendukung untuk kelancaran Jihad fi sabilillah.
Namun perlu difahami Jihad fi sabilillah itu bukanlah membunuh atau ngebom orang kafir.
Jadi korelasi yang pertama antara Laa Ilaha Illalloh dengan bisnis adalah bisnis
sebagai alat pendukung untuk kelancaran Jihad fi sabilillah, dan dorongan tersebut adalah muncul dari jiwa Laa Ilaha Illalloh.

Dari sini bisa juga kita ketahui garis pembeda antara bisnis yang didasari
dengan Laa Ilaha Illalloh dengan bisnis yang tidak didasari dengan Laa Ilaha Illalloh,
yaitu pada tujuannya.
Yakni bisnis yang didasari dengan Laa Ilaha Illalloh pastilah hasilnya akan banyak
digunakan untuk urusan Laa Ilaha Illalloh atau Jihad fi sabilillah dan tidak akan digunakan
untuk kepentingan hawa nafsunya.
Ciri lainnya akan banyak dipakai shodaqoh dan membantu fakir miskin serta anak yatim.

*Bisnis juga wajib, bila untuk memperjuangkan LAA ILAAHA ILLALLOH. * 
Dalam kaidah fiqih ada istilah Manlam Yatimmul Wajibu Illa Bihi Fahuwa Waajibun,
yang artinya : Tiada sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka dia itu juga wajib.
Contohnya adalah kewajiban wudhu, wajibnya wudhu itu bukanlah berdiri sendiri
(karena wudhunya) melainkan karena adanya kewajiban sholat.
Karena adanya kewajiban sholat itulah sehingga wudhu juga wajib.
Begitu juga dengan bisnisnya orang Thoriqoh/Salikin, bisnisnya orang Thoriqoh/Salikin
dianggap wajib bila dihubungkan dengan memperjuangkan Laa Ilaha Illalloh.
Jadi wajibnya bisnis bukanlah karena bisnisnya, melainkan karena kewajiban
memperjuangkan Laa Ilaha Illalloh.
Karena itulah maka orang-orang Thoriqoh/Salikin juga menggalakkan bisnisnya.

*Banyaknya perintah berjuang dengan Amwal (harta).* 
Didalam Al Qur-an banyak sekali terdapat ayat yang berisi perintah untuk Jihad fi sabilillah dengan harta dan jiwa kita.
Dan anehnya susunan kalimatnya antara AMWAL (harta) dengan ANFUS (jiwa)
lebih didahulukan AMWAL (harta) nya.
Mengapa susunan perintah jihad dengan harta selalu didahulukan daripada jihad
dengan jiwa kecuali pada 1 ayat (Taubat ayat 111)?
Ada yang berpendapat karena mayoritas orang itu berat mengeluarkan harta,
dan ada juga yang berpendapat karena jihad dengan harta memang lebih ditekankan
daripada jihad dengan jiwa.
Namun yang jelas oleh karena banyak sekali seruan untuk jihad dengan harta,
maka mencari harta / bisnis asal dengan niat untuk jihad adalah sangat utama.
Mengenai jihad dengan harta dan jiwa, Al Qur-an menyinggungnya dengan berbagai variasi, diantaranya : 

a. Ada yang dengan jelas-jelas memerintahkannya, sebagaimana diterangkan dalam surat Taubat ayat 41. 
Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Alloh.

b. Ada yang sifatnya informasi bahwa jihad dengan harta dan jiwa adalah merupakan perniagaan yang dapat menyelamatkan kita dari adzab yang pedih serta disebut
sebagai sesuatu yang lebih baik jika kita mengetahui.
Diterangkan dalam surat As shof ayat 10-11. Hai orang-orang yang beriman, 
sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu 
dari azab yang pedih (10). (yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya 
dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu 
jika kamu mengetahuinya (11). 

c. Informasi bahwa jihad dengan harta dan jiwa diangkat derajatnya oleh Alloh
dan disebut sebagai orang yang mendapat kemenangan.
Tersebut dalam surat Taubat ayat 20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta 
berjihad di jalan Alloh dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi 
derajatnya di sisi Alloh dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.

d.Orang yang jihad dengan harta dan jiwa disebut sebagai orang yang bertaqwa.
Bisa dilihat dalam surat taubat ayat 44. Orang-orang yang beriman kepada Alloh 
dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad 
dengan harta dan diri mereka. dan Alloh mengetahui orang-orang yang bertaqwa.

e. Ancaman bagi yang tidak mau jihad dengan harta dan jiwanya, yakni ditunggu
oleh neraka jahanam.
Diterangkan dalam surat Taubat ayat 81. Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka 
pada jalan Alloh dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". 
Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.

f.Informasi bagi siapa yang jihad dengan harta dan jiwanya adalah orang-orang
yang memperoleh kebaikan dan keberuntungan.
Dalam surat Taubat ayat 88. Mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. 
dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

g. Informasi bahwa harta yang digunakan untuk berjuang dijalan Alloh sama halnya
dengan menjual hartanya kepada Alloh, dan Alloh membelinya dengan surga.
Juga disebut dengan istilah mendapat kemenangan yang besar. (Taubat ayat 111). 

h.Diberitakan bahwa orang-orang yang berjuang di jalan Alloh dengan harta dan jiwanya
adalah orang-orang yang benar (SHODIQUUN).

Dalam surat Hujurot ayat 15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah 
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian mereka 
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka 
pada jalan Alloh. mereka Itulah orang-orang yang benar.

*Harta juga disebut oleh Al Qur-an dengan istilah khoir dan fadh-lun.* 
Dalam surat Al-Baqoroh ayat 180, harta (al-mal) disebut dengan istilah Khoir yang secara harfiah berarti baik atau kebaikan.
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, 
jika ia meninggalkan harta yang banyak (Khoir), Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
Sedangkan dalam surat Al-Jumuah ayat 10, harta juga disebut Fadh-Lillah, yaitu anugerah
dan keutamaan dari Alloh.

Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Alloh (Fadh-Lillah) dan ingatlah Alloh banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dengan demikian bila kita menjemput rizki (berbisnis), sama halnya kita mencari Khoir (kebaikan) dan juga Fadh-Lillah
(anugerah dan keutamaan dari Alloh)

*Menauladani Nabi Muhammad SAW.*
Muhammad SAW adalah sosok yang giat dalam menjemput rizki.
Hal ini bias kita lihat dari waktu yang dipakai oleh Muhammad dalam aktivitas
menjemput rizkinya (berbisnis).
Panjang usia Muhammad hanyalah 63 tahun, dan bila usia tersebut kita bagi dua
yakni antara masa sebelum jadi Nabi dengan masa sesudah jadi Nabi adalah 40 tahun berbanding 23 tahun (40 tahun sebelum jadi Nabi dan 23 tahun setelah menjadi Nabi),
karena Muhammad diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, kemudian masa dakwahnya tercatat selama 23 tahun, itupun terbagi menjadi 2 periode, yakni periode Mekkah selama 13 tahun dan periode Madinah selama 10 tahun.

Dan didalam sejarah perjalanan hidupnya, tercatat bahwa semenjak usia 12 tahun,
beliau sudah belajar bisnis, ikut berdagang pamannya (Abu Tholib) sampai ke negeri Syam
(yang saat ini menjadi Syiria, Jordan dan Lebanon).
Dari usia 12 tahun sampai 40 tahun ada waktu 28 tahun.
Selama 28 tahun inilah (masa sebelum jadi Nabi) Muhammad banyak melakukan bisnis.
Walaupun menjelang usia 40 (dari sekitar usia 37) beliau sudah mengurangi aktifitas bisnisnya,
tetap saja masa "bisnisnya" masih lebih lama daripada masa "dakwahnya".
Ini membuktikan bahwa beliau juga sosok yang giat dalam memburu rizki,
namun bukan berarti orang yang cinta dunia, karena banyak sekali larangan dari beliau
untuk cinta dunia atau harta.

Mengenai kisah bisnisnya Muhammad, ketika pamannya tidak bisa lagi terjun langsung menangani usahanya, pada usia 17 tahun Muhammad SAW telah diserahi wewenang
penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya.
Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Rosul
karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain senior dalam perdagangan regional.
Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Muhammad SAW
terbukti dengan terpikatnya hati perempuan konglomerat Makkah Khodijah Binti Khuwalaid
yang meminangnya untuk menjadi suami.
Yang mana didalam buku "Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid I, hal 157"
diterangkan bahwa maharnya Muhammad kepada Khodijah adalah 20 ekor anak lembu.
Jelas ini membuktikan bahwa Muhammad waktu itu sudah tergolong orang yang sukses
dalam bisnis karena bisa memberi mahar sebanyak itu.
Dan setelah menikah dengan Khodijah sepak terjang bisnis Muhammad SAW
kian meroket saja, karena mendapatkan back-up financial yang lebih mapan dari sang istri.

Afzalurrahman dalam bukunya Muhammad as A trader mencatat bahwa
Nabi Muhammad sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri
seperti Yaman, Oman, dan Bahrain.
Beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun.
Dari usia ini ke 40 tahun beliau lebih banyak terlibat dalam perenungan perbaikan
masalah social masyarakat sekitarnya yang masih jahiliyah.

Beliaupun ketika muda juga pernah menggembalakan kambing keluarganya
Dan kambing penduduk Mekkah.
Bisnis inipun dijalaninya dengan gembira, dan untuk mengenangnya beliau pernah menceritakan saat-saat yang dialaminya pada waktu menjadi menggembala.
Di antaranya ia pernah berkata:

"Nabi-nabi yang diutus Alloh itu penggembala kambing."
Dan katanya lagi: "Musa diutus, dia penggembala kambing,
Daud diutus, dia juga penggembala kambing, aku diutus,
juga penggembala kambing keluargaku di Ajyad."
Inilah diantara bukti bahwa beliau sebelum jadi Nabi adalah sosok
yang giat menjemput rizki (bekerja).

Maka kalau kita juga mengikuti jejak Nabi yang dalam hal ini adalah giat
melakukan penjemputan rizki tentulah tidak salah, malahan banyak sekali kemuliaanya.

*Melaksanakan seruan dari Nabi Muhammad SAW.*
Banyak hadits yang berisi seruan, sugesti dan haluan-haluan untuk berbisnis,
diantaranya: Bersabda Rosululloh SAW : “Berusaha mendapatkan nafkah yang halal
adalah kewajiban disamping tugas-tugas lainnya yang telah diwajibkan” (HR. Baihaqi).

Sabdanya lagi : “Pedagang yang amanah dan benar akan bersama
dengan para syuhada di hari qiyamat nanti” (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim).

Adapun hadits mengenai etika berbisnis diantaranya : Bersabda Rosululloh
SAW : "Rohmat Alloh atas orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli,
dan ketika ia membuat keputusan” (HR. Bukhori).

Dalam kesempatan yang lain Abu Sa’id meriwayatkan, bahwa Rosululloh SAW bersabda:
“Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukan dalam
golongan para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada” (HR. Tirmidzi).

Dan banyak lagi ajaran yang menjadi framework kita dalam berbisnis yang perlu dikaji lebih jauh.
Dengan adanya hadis-hadis ini tentunya tidak salah jika orang-orang Thoriqoh/Salikin
juga giat memburu rizki.

*Mempermudah syiar.*
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi (SAW) lalu meminta
sesuatu kepada beliau.
Lalu beliau memberi empat puluh ekor domba.
Laki-laki itu pun kemudian kembali kepada kaumnya dan berkata: "Wahai kaumku, 
masuk Islamlah, sesungguhnya Muhammad memberi pemberian dengan pemberian 
orang yang tidak takut miskin."

Diantara pelajaran yang bisa kita ambil dari riwayat ini,
orang yang memberi (apalagi sampai 40 ekor domba) pastilah “mampu / berkecukupan”.
Dan gara-gara hanya dengan “santunan” berupa 40 ekor domba itu
Kemudian banyak orang masuk Islam, maka berarti “santunan” itu juga bisa menjadi syiar.
Padahal untuk menyantuni itu pastilah butuh “dana”, karenanya bila kita “berbisnis”
(memburu harta dengan tujuan agar bisa melakukan santunan dan syiar)
tentunya sangatlah mulia sekali.

*Harta sangatlah berperan dalam mencari kebaikan.*
Dalam Mizanul-'Amal, Imam Ghozali mengakui keutamaan harta.
Dikatakan, orang yang mencari kebaikan tanpa harta ibarat orang pergi ke hutan
tanpa membawa senjata atau ibarat burung elang tak bersayap.
Dengan demikian berarti bisnis juga penting.

* Karena tingginya kesadaran shodaqoh.*
Kesadaran shodaqoh warga Thoriqoh/Salikin sangatlah luar biasa,
Terbukti dengan banyaknya gedung-gedung Jaami’atul Mudzakkirin.
Begitu juga dengan shodaqoh terhadap fakir miskin dan anak yatim,
sangatlah diutamakan.
Kita bisa melihatnya sendiri disetiap kegiatan warga Thoriqoh/Salikin pastilah
ada upaya untuk mengumpulkan shodaqoh kepada fakir miskin dan anak yatim.
Karena itu warga Thoriqoh/Salikin juga pasti akan banyak melakukan bisnis
demi untuk menggapai “suatu nikmat” yang tersembunyi dibalik banyaknya shodaqoh.

* Karena tingginya semangat untuk santunan.*
Mengenai santunan ini entah sudah berapa milyar dana yang disampaikannya.
Dan hebatnya lagi tiap tahun grafik jumlah santunannya terus bertambah.
Ada yang disampaikan pada moment syukuran, baik yang sifatnya individu
seperti syukuran pernikahan, khitanan, menempati rumah dan sebagainya,
maupun yang sifatnya kelompok dan besar, seperti peringatan Maulidin Nabi.
Ada juga disampaikan pada event-event dan kegiatan-kegiatan tertentu.
Karena tingginya semangat santunan inilah yang menjadi pemacu semangat
untuk berbisnis.

Dengan demikian salahkah warga “Thoriqoh/Salikin” bila menggiatkan bisnisnya?

Inilah diantara alasan mengapa warga Thoriqoh/Salikin banyak melakukan bisnis-bisnis.
Sebagai penutup perlu juga kita sampaikan bahwa masalah penjemputan rezki
(usaha / kerja / bisnis) adalah merupakan hal yang wajar bahkan sudah menjadi
kebutuhan pokok, karena semua orang pasti butuh sandang, pangan dan papan.
Dengan demikian berarti orang yang melakukan bisnis adalah biasa,
adapun yang luar biasa adalah jika bisnisnya digerakkan oleh Laa ilaaha illalloh 
dan untuk Laa Ilaaha Illaaloh.

Dengan kata lain bisnis yang didasari oleh niat karena Alloh 
dan untuk beribadah kepada Alloh, inilah yang langka dan luar biasa.
Dan semuanya itu bisa diketahui melalui tanda-tandanya, yakni melalui pola bisnisnya
dan seberapa besar shodaqohnya atau perhatiannya baik terhadap perjuangan
maupun terhadap fakir miskin dan anak yatim.


.

PALING DIMINATI

Back To Top