Bismillahirrohmaanirrohiim

JALAN PINTAS MENGUJI KEJUJURAN


Oleh: Jum'an

Seandainya tumbuh bisul diwajah setiap kali kita berbohong, maka bisa dibayangkan betapa malunya kita. Meskipun hanya khayalan tetapi melegakan karena meski banyak bohong muka kita tak pernah bisulan. Kebohongan besar biasanya harus diungkap melalui proses pengadilan yang lama, melelahkan dan sarat mafia yang hasilnya belum tentu memuaskan. Tidak ada solusi instan seperti tumbuh bisul diwajah. Mungkin hanya di akhirat kelak keadilan dijamin lurus dan mulus. Karena Hakimnya memiliki bukti-bukti yang lengkap dan rinci. "....Kami menuliskan apa yang mereka kerjakan dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan. Dan semua Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata." (Yasin:12). Kumpulan data yang lengkap dan rinci memang vital. Ibarat lukisan, kita akan melihat pola-pola tertentu yang menunjukkan sesuatu yang sama sekali baru. Satu atau sedikit data tidaklah cukup karena tidak menunjukkan pola. "Sekali berjumpa sangat mempesona! Sesudah lama baru ketahuan siapa dia!" Begitu ibaratnya.

Untuk meyakinkan betapa  bahaya akibat menunggu penanganan pasien pada Unit Gawat Darurat (UGD) di rumah sakit, para peneliti di Kanada telah memeriksa kumpulan data dari pasien gawat darurat di semua RS di Ontario selama 5 tahun yaitu sebanyak 20 juta data. Ternyata waktu tunggu di UGD sangat mempengaruhi kematian, meskipun pasien sudah ditangani dan dipulangkan. Terutama bila waktu tunggu mencapai 3 jam. Waktu menunggu lebih dari 6 jam mengkibatkan angka kematian 2 kali lipat dibanding waktu tunggu 1 jam. Terbukti dengan jelas, setiap kenaikan waktu menunggu mengakibatkan risiko kematian yang lebih tinggi. Mengapa baru dapat diketahui setelah memeriksa 20 juta data? Karena buktinya sangat jarang; dari 10.000 pasien yang dipulangkan tercatat hanya beberapa orang yang kemudian mati. Tak ada cara yang sederhana untuk menentukan batas waktu tunggu yang sebaiknya.

Jika saja dapat tumbuh bisul diwajah kalau orang berbohong, alangkah mudahnya menunjuk mereka. Tetapi itu bukan sepenuhnya mustahil. Frank Benford, fisikawan dari General Electric menemukan  fenomena alam yang memudahkan kita menguji kejujuran. Pada 1938 ia menganalisa lebih dari 20 ribu kumpulan data dari segala sumber seperti jumlah penduduk berbagai negara, panjang sungai, statistik pertandingan baseball, berat molekul unsur-unsur kimia, tagihan listrik, angka kematian, jumlah kata dari artikel majalah, jumlah uang di bank dan masih banyak lagi. Faktanya, data-data yang terjadi secara alami, lebih banyak yang diawali dengan angka 1 daripada angka 2, lebih banyak angka 2 dari pada angka 3 dst. Jelasnya sekitar 30,1% diawali dengan angka 1, - 17,6% angka 2, - 12,5% angka 3, .......sampai 4,9 % angka 9.  Itulah Hukum Benford: semua angka-angka yang alami tersebar mengikuti distribusi logaritmis. Ini adalah fenomena alam seperti juga hukum gravitasi, yang saya yakin merupakan refleksi dari sunatullah. Jumlah penduduk dunia, angka kematian, diperkuat lagi dengan jumlah ayat-ayat dalam Qur'an semuanya teratur sesuai dengan Hukum Benford. Inilah dia jalan pintas untuk menguji keaslian dan kejujuran. Bila terdapat penyimpangan, berarti ada yang di reka-yasa.

Hukum Benford terbukti ampuh untuk mendeteksi kecurangan pembukuan negara maupun perusahaan, hasil pemilu, pembayaran pajak, pengajuan kredit bank dan diakui di pengadilan di Amerika. Baru-baru ini 4 Ekonom Jerman meneliti data keuangan dari negara-negara anggota Uni Eropah untuk melihat apakah persyaratan keanggotaan yang ketat telah membuat beberapa negara memalsukan laporan keuangan mereka. Diantara hasilnya, sesuai dengan dugaan, laporan data dari Yunani (yang ekonominya terpuruk) yang paling menyimpang dari Benford Law. Sejak tahun 2000, ketika Yunani baru melamar sebagai anggota Uni Eropa data keuangan mereka terus menerus menyimpang. Akhir kata, jangan bohong nanti bisulan di tengah jidat!!....


.

PALING DIMINATI

Back To Top