Bismillahirrohmaanirrohiim

In Memmorian Gus Muh Tegalrejo : TEKUN TIRAKAT MERANGKUL KAUM ABANGAN


In Memmoriam KH Ahmad Muhammad (Gus Muh) A.P.I Tegalrejo Magelang

“TEKUN TIRAKAT MERANGKUL KAUM ABANGAN”

Belum lama ini, KH Ahmad Muhammad, akrab disapa Gus Muh, salah seorang kiai pengasuh pondok pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang meninggal dunia. Kiai yang dikenal sangat dekat dengan rakyat berbagai elemen ini meninggalkan duka mendalam. Gus Muh dikenal tekun bertirakat.


POSMO-EXCLUSIVE-Sedianya, pada Sabtu (7/3) kemarin, ponpes Asrama Perguruan Islam Tegalrejo-Magelang hendak menggelar pentas seni. Melibatkan ratusan seniman petani dari Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing dan Menoreh) dalam Orkestra Afalaa Tatafakkaruun bertajuk ‘Dongeng Perubahan’. Tetapi, malam sebelumnya, Jumat (6/3) sekitar pukul 23. 55 wib, salah seorang kiai pengasuh ponpes tersebut mendadak meninggal dunia. Pentas itu dibatalkan.

KH. Ahmad Muhammad atau Gus Muh, meninggal pada usia 67 tahun karena sakit diabetes dan komplikasi. Sampai hari ini, para santri ponpes A.P.I secara bergantian, siang dan malam, mendoakan almarhum di makamnya. KH Ahmad Muhammad dikebumikan di komplek makam keluarga KH Chudlori, tak jauh dari pesantren A.P.I. Nisannya bersebelahan dengan nisan sang muassis, KH. Chudlori.

Bagaimana kiprah Gus Muh semasa hidup dan seperti apa ponpes Asrama Perguruan Islam yang dikenal unik dan tergolong ponpes tua ini? Di tengah kesibukan memberi ceramah agama di berbagai tempat, KH Muhammad Yusuf Chudlori yang akrab disapa Gus Yusuf, kepada posmo exclusive berkenan membeber kiprah kakak kandungnya itu semasa hidup berikut seluk-beluk ponpes yang didirikan oleh almarhum ayahandanya.

Selasa, (17/3), menjelang tengah siang ketika itu, Gus Yusuf sudah bersiap berangkat untuk memberi ceramah di dua tempat berbeda. Karena kesibukannya itu, wawancara posmo exclusive dilakukan di dalam mobil selama perjalanan menuju tempat ceramah. Adik kandung KH Ahmad Muhammad (Gus Muh) itu mengatakan, ponpes A.P.I didirikan sejak tahun 1944. Tanggal dan bulannya Gus Yusuf mengaku lupa. Mendiang ayahandanya, KH Chudlori, mendirikan ponpes itu ketika di Magelang dan sekitarnya belum ada pesantren.

“Ayah saya (KH Chudlori-red) mendirikan ponpes setelah menimba ilmu agama di berbagai pesantren. Di antaranya di Tebuiring, Lasem, Watucongol dan banyak lagi. Namanya, Asrama Perguruan Islam (A.P.I), sebenarnya cukup nyleneh. Sebab, biasanya pesantren itu namanya berbau Arab”, kata Gus Yusuf.

Gus Yusuf menyambung, nama Asrama Perguruan Islam ini memang dipilih oleh KH Chudlori, agar ponpes menjadi lebih membumi dan memasyarakat. Ayah saya, demikian Gus Yusuf, ingin dengan nama Asrama Perguruan Islam ini, ponpes menjadi lebih terbuka. “Dengan nama A.P.I ini ayah saya juga berharap agar para mutakhorijin atau alumni santri Tegalrejo kelak bisa menjadi guru di masyarakatnya masing-masing”, terangnya.

Di kalangan para santri, KH Chudlori dikenal sebagai muassis. Ketika KH Chudlori tutup usia pada 1977, dua putranya, KH Abdurahman dan KH Ahmad Muhammad (alm) ditunjuk sebagai penerusnya. “Pimpinan tertinggi A.P.I ada di tangan kakak tertua saya, KH Abdurahman”, kata Gus Yusuf.

Kepada posmo exclusive, Gus Yusuf menyampaikan rasa kehilangannya atas kepulangan Gus Muh ke rahmatulloh. “Bagi saya, Gus Muh bukan hanya sekedar kakak. Tetapi, juga guru. Beliau banyak mengajarkan bagaimana menghadapi masyarakat kecil atau kaum abangan. Ini lebih sulit daripada mendidik sekelompok orang yang ‘sudah jadi’. Ibarat ngobori dalan peteng, mendidik orang-orang abangan atau yang belum bisa menerima sepenuhnya Islam itu lebih sulit. Kemampuan Gus Muh merangkul masyarakat abangan itu luarbiasa. Telaten dan tirakatnya memang kuat. Ibarat awan disrawungi, bengi didolani”, ujar Gus Yusuf.

Sepeninggal Gus Muh, Gus Yusuf berharap dengan segala keterbatasan yang ada, semua ajaran almarhum bisa diuri-uri. Diakuinya, mungkin tidak bisa semaksimal dahulu. “Tetapi pada dasarnya, saya sendiri sudah dekat dengan komunitas kebudayaan. Tidak ada wasiat khusus dari Gus Muh. Kecuali, wasiat terkait keluarga. Dari sebelas bersaudara, semua saling mengisi dan semua tinggal di seputar lokasi ponpes. Untuk memenuhi undangan ceramah di luar ponpes, kalau tidak saya (Gus Yusuf-red), ya KH Abdurahman (Mbah Dur-red)”, jelas Gus Yusuf.


.

PALING DIMINATI

Back To Top