Bismillahirrohmaanirrohiim

ILUSI IMAM RABBANI DAN STEPHEN HAWKING


Oleh: Jum'an
 
Beberapa menit sebelum pesawat mendarat, saya berkesempatan melihat pemandangan kota dari atas. Atap-atap bangungan serba kecil, lapangan bola, petak-petak sawah, asap pabrik dan sungai yang bekelok-kelok. Setiap kali saya melihat pemandangan seperti itu selalu timbul kesan yang khas dibenak saya. Seolah-olah pemandangan itu baru saja tercipta karena saya datang. Kalau saja saya dengan sengaja tidak mau melihatnya, belum tentu dia ada dan entah mau mendarat dimana pesawat ini. Jakarta terhampar karena saya mau melihatnya. Kehadirannya tergantung pada kemauan saya! Bukankah ia sudah dan selalu ada tanpa saya lihat, bahkan tidak peduli ada saya ataupun tidak ada saya? Tetapi mengapa kesan itu selalu muncul setiap kali saya melihat kota yang saya datangi? Adakah pesan yang mau disampaikannya?.
 
Dalam dunia mikro, ilmu fisika kwantum misalnya pengaruh pengamat terhadap obyek yang diamati  terbukti sangat dominan. Banyak eksperimen ilmiah menunjukkan, ketika kita melakukan pengamatan, obyek yang diamati terpengaruh dan merubah kelakuannya. Seperti kalau anda ditanya "Anda sedang berfikir apa sekarang?" Kaget mendengar pertanyaan itu, pikiran anda sudah berubah; tidak lagi seperti saat ditanya tadi. Akibatnya para ilmuwan tidak bisa menentukan posisi suatu partikel pada suatu saat, karena detektor yang digunakan akan membelokkan arah dan merubah gerakannya. Bukti-bukti makin kuat menunjukkan bahwa keberadaan suatu obyek sangat tergantung dari pengamatnya, bahkan tergantung sepenuhnya kepada pengamat. Para ilmuwan juga memberi bukti bahwa perilaku partikel didunia mikro juga berlaku dalam dunia makro, dunia manusia sehari-hari.
 
Cara berpikir kita selama ini didasarkan pada keyakinan bahwa dunia memiliki keberadaan yang mandiri yang tak terpengaruh oleh  pengamat. Tapi banyak eksperimen menunjukkan kenyataan sebaliknya. Lihatlah cuaca diluar contohnya. Kita melihat langit biru, tetapi sel-sel dalam otak kita bisa diubah sehingga langit terlihat hijau atau merah. Bahkan, dengan sedikit rekayasa genetika kita mungkin bisa membuat semua  yang merah nampak bergetar atau mengeluarkan suara, atau bahkan membuat kita terangsang, ingin menikahi seekor kumbang. Kita lihat diluar terang benderang, tapi sirkuit otak kita dapat diubah sehingga terlihat gelap. Yang panas dan lembab bisa terasa dingin dan kering. Logika ini berlaku hampir menyeluruh. Intinya: Apa yang kita lihat tidak bisa hadir tanpa kesadaran kita. Semua yang kita lihat dan alami sekarang - bahkan tubuh kita - adalah pusaran informasi yang terjadi dalam otak kita. Realitas adalah sebuah proses yang melibatkan pikiran kita. Semua yang kita lihat merupakan ilusi yang diolah diotak dalam rongga kepala yang gelap.
Fisikawan Dunia Stephen Hawking mengatakan: "Sejarah alam semesta, tergantung pada pengamatan, tidak seperti gagasan biasa bahwa alam semesta memiliki sejarah yang obyektif, terlepas dari pengamat. Imam Rabbani, ahli hukum mazhab Hanafi serta Sufi dari Tarekat Naqsyabandi (15264- 1624) sangat memahami hal ini melalui Qur'an dan renungannya. Beliau mengatakan dalam "Maktubat" nya: Semua kesan yang tersaji untuk manusia hanya ilusi, dan bahwa kesan-kesan itu tidak asli di "luar". Imam Rabbani yang sufi abad 16 dan Stephen Hawking yang ilmuwan ulung masa-kini sepakat bahwa dunia yang kita lihat ini adalah ilusi. Adapun saya hanya terheran-heran mengapa saya berkesan bahwa Jakarta ada hanya karena saya telah kebetulan melihatnya. 

[http://m.facebook.com/notes/?id=1244030512&refid=17]


.

PALING DIMINATI

Back To Top